Perayaan Jumat Agung di GKJW Dawarblandong Mojokerto menjadi momen sakral yang diwarnai oleh suka cita dan refleksi mendalam bagi ratusan umat Kristiani. Pada tanggal 7 April, Desa Pulorejo, Dawarblandong, Kabupaten Mojokerto menjadi saksi perayaan Hari Raya Paskah dengan penyelenggaraan Jalan Salib yang megah, melibatkan drama kolosal dan pakaian adat Jawa.
Dalam persembahan dramatis ini, ratusan umat Kristiani, memulai perjalanan mereka sejauh satu kilometer dari Dusun Sidobecik menuju gereja di Desa Pulorejo. Mengenakan dengan bangga busana adat Jawa, bahkan prajurit yang menyiksa Yesus, memanggul salib, tampil menawan dengan pakaian khas wayang orang.
Pendeta Galih Fendi Christianto, sebagai panitia lokal, menjelaskan bahwa dramatisasi Jalan Salib ini adalah bentuk refleksi atas kesengsaraan Yesus saat dihukum dan memanggul kayu salib menuju bukit Golgota. Adegan demi adegan peristiwa sakral itu menyentuh hati ratusan jemaat, yang terlihat menitikkan air mata dalam keheningan yang sarat makna.
Pendeta Galih menekankan bahwa pemilihan busana adat Jawa oleh prajurit dan jemaat adalah lebih dari sekadar identitas suku. Ini adalah upaya mempertahankan akar budaya mereka, menjadi cerminan pakaian sehari-hari yang sesuai dengan zaman Yesus.
“Dalam pakaian khas Jawa, kami mempertahankan identitas kami sebagai orang Jawa, bukan hanya sebagai umat Kristen. Kami ingin menjaga kesinambungan budaya kami. Pakaian ini seperti zaman Yesus disalib, yang mengenakan pakaian sesuai dengan kesehariannya. Sekarang, kami memakai pakaian yang mencerminkan Bumi Majapahit,” ungkap Pendeta Galih.
Perayaan Jalan Salib ini tidak hanya mengingatkan umat akan pengorbanan Kristus, tetapi juga menjadi ajang toleransi dan saling menghormati terhadap umat Islam yang sedang berpuasa. Dalam keheningan perjalanan, jemaat menahan diri untuk tidak makan dan minum sebagai bentuk penghargaan terhadap puasa umat Islam.
Harapannya, dengan adanya Jalan Salib ini, seluruh jemaat GKJW Dawarblandong Mojokerto dapat mengambil inspirasi dari perjuangan dan pengorbanan Yesus Kristus, menjadikan-Nya teladan dalam kehidupan sehari-hari mereka. Sebuah perjalanan rohani yang juga menguatkan ikatan kebersamaan dalam keberagaman budaya di tanah Jawa.
Sebanyak 20-an Calon Sidi GKJW Tambakasri didampingi oleh Pdt. Karji, Pdt. Devina Widiningsih dan...
Perayaan Masa Raya Paskah 2023: Pengalaman Jalan Salib Jumat Agung dalam Tradisi Busana Adat Jawa di GKJW Dawarblandong
Perayaan Jumat Agung di GKJW Dawarblandong Mojokerto menjadi momen sakral yang diwarnai oleh suka cita dan refleksi mendalam bagi ratusan umat Kristiani. Pada tanggal 7 April, Desa Pulorejo, Dawarblandong, Kabupaten Mojokerto menjadi saksi perayaan Hari Raya Paskah dengan penyelenggaraan Jalan Salib yang megah, melibatkan drama kolosal dan pakaian adat Jawa.
Dalam persembahan dramatis ini, ratusan umat Kristiani, memulai perjalanan mereka sejauh satu kilometer dari Dusun Sidobecik menuju gereja di Desa Pulorejo. Mengenakan dengan bangga busana adat Jawa, bahkan prajurit yang menyiksa Yesus, memanggul salib, tampil menawan dengan pakaian khas wayang orang.
Pendeta Galih Fendi Christianto, sebagai panitia lokal, menjelaskan bahwa dramatisasi Jalan Salib ini adalah bentuk refleksi atas kesengsaraan Yesus saat dihukum dan memanggul kayu salib menuju bukit Golgota. Adegan demi adegan peristiwa sakral itu menyentuh hati ratusan jemaat, yang terlihat menitikkan air mata dalam keheningan yang sarat makna.
Pendeta Galih menekankan bahwa pemilihan busana adat Jawa oleh prajurit dan jemaat adalah lebih dari sekadar identitas suku. Ini adalah upaya mempertahankan akar budaya mereka, menjadi cerminan pakaian sehari-hari yang sesuai dengan zaman Yesus.
"Dalam pakaian khas Jawa, kami mempertahankan identitas kami sebagai orang Jawa, bukan hanya sebagai umat Kristen. Kami ingin menjaga kesinambungan budaya kami. Pakaian ini seperti zaman Yesus disalib, yang mengenakan pakaian sesuai dengan kesehariannya. Sekarang, kami memakai pakaian yang mencerminkan Bumi Majapahit," ungkap Pendeta Galih.
Perayaan Jalan Salib ini tidak hanya mengingatkan umat akan pengorbanan Kristus, tetapi juga menjadi ajang toleransi dan saling menghormati terhadap umat Islam yang sedang berpuasa. Dalam keheningan perjalanan, jemaat menahan diri untuk tidak makan dan minum sebagai bentuk penghargaan terhadap puasa umat Islam.
Harapannya, dengan adanya Jalan Salib ini, seluruh jemaat GKJW Dawarblandong Mojokerto dapat mengambil inspirasi dari perjuangan dan pengorbanan Yesus Kristus, menjadikan-Nya teladan dalam kehidupan sehari-hari mereka. Sebuah perjalanan rohani yang juga menguatkan ikatan kebersamaan dalam keberagaman budaya di tanah Jawa.